Program mandatori biodiesel B40 di Indonesia menggunakan metode transesterifikasi untuk mengolah minyak kelapa sawit menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan.
Biodiesel berperan menggantikan solar yang semakin menipis ketersediaannya dengan energi terbarukan dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, transesterifikasi merupakan tahapan penting dalam mengoptimalkan proses pengolahan minyak nabati dan hewani menjadi bahan bakar biodiesel.
Untuk lebih memahami penjelasan mengenai transesterifikasi beserta prosesnya dalam mengolah sumber daya yang melimpah ini, silakan menyimak penjelasan pada artikel berikut.
Apa Itu Transesterifikasi Biodiesel
Transesterifikasi adalah proses pengolahan minyak nabati atau hewani yang dicampur dengan alkohol (seperti metanol (CH3OH) atau etanol (C2H6O)) dan katalis (seperti kalium hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH)) untuk menghasilkan metil ester dan gliserol.
Mudahnya, transesterifikasi adalah reaksi kimia yang mengubah minyak nabati atau lemak hewani menjadi bahan bakar biodiesel.
Ini menjadi proses penting untuk produk biodiesel karena perannya dapat menurunkan viskositas atau tingkat kekentalan bahan baku, yang dalam hal ini adalah minyak nabati/ lemak hewani.
Hal ini karena minyak nabati perlu melalui proses transesterifikasi untuk menyamakan kekentalannya ke tingkat yang serupa dengan viskositas konvensionalnya, yakni bahan bakar fosil agar kompatibel penggunaannya.
Meskipun demikian, transesterifikasi biodiesel menjadi metode yang ekonomis, efisien, dan lebih cepat daripada metode lainnya untuk menghasilkan bahan bakar dengan beragam manfaat untuk kehidupan, baik dari aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Proses Transesterifikasi Biodiesel

Perlu kamu ketahui bahwa bahan baku untuk mengolah biodiesel sangat melimpah ketersediaannya di Indonesia, sehingga akan menjadi peluang besar untuk memproduksi energi yang lebih ramah lingkungan tersebut.
Beberapa bahan baku untuk membuat biodiesel adalah minyak sawit mentah/ crude palm oil (CPO), minyak jarak, minyak nyamplung, minyak kelapa, minyak ikan, hingga PFAD atau palm fatty acid distillate.
Adapun reaksi transesterifikasi merupakan proses lanjutan dari tahap esterifikasi dalam pengolahan minyak nabati menjadi biodiesel untuk menurunkan viskositasnya.
Berikut adalah proses transesterifikasi biodiesel:
Pertama, memasukkan asam lemak atau FAME ke dalam reaktor yang memiliki alat pemanas dan pengaduk.
Kedua, sembari melalui proses pemanasan, pengaduk terus bekerja hingga reaktor mencapai suhu 63℃, lalu memasukkan campuran metanol dan kalium hidroksida untuk melihat reaksinya yang akan berlangsung selama 1-2 jam.
Ketiga, setelah proses transesterifikasi I selesai, maka akan menghasilkan reaksi berupa metil ester dengan konversi 94%.
Keempat, hasil reaksi tersebut akan melalui pengendapan kembali dalam rentang waktu khusus. Dalam jangka waktu tersebut, endapan akan menghasilkan pemisahan alami dari metil ester dan gliserol, dimana gliserol akan menempati posisi bawah karena ukurannya yang besar.
Kelima, proses transesterifikasi II akan berlanjut setelah mengeluarkan gliserol.
Keenam, proses pengendapan II akan berjalan lebih sebentar dari proses transesterifikasi I karena jumlah gliserol pada hasil reaksi relatif kecil, sehingga akan dapat larut dengan mudah pada proses pencucian.
Perbedaan Transesterifikasi dan Esterifikasi

Esterifikasi dan transesterifikasi merupakan dua tahap awal dalam memproduksi biodiesel. Pada umumnya, yang melewati dua proses ini adalah minyak kelapa sawit mentah atau minyak jelantah.
Hal ini karena minyak sawit mentah memiliki tingkat FFA atau free fatty acid yang tinggi, sehingga memerlukan proses esterifikasi terlebih dahulu sebelum menjalankan transesterifikasi.
Perbedaan dari esterifikasi dan transesterifikasi meliputi beberapa hal, yakni cara kerja, katalis, dan produk sampingannya.
1. Esterifikasi
- Cara kerja: mengkonversikan reaksi asam lemak dengan alkohol (seperti metanol (CH3OH) atau etanol C2H6O)) dan katalis (katalis asam berupa asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCI)) yang menghasilkan metil ester dan air.
- Tujuan: mengurangi kadar asam lemak bebas (FFA) dalam minyak
- Katalis: katalis asam berupa asam sulfat (H2SO4) atau asam klorida (HCI)
- Produk sampingan: air
- Kecepatan proses: memiliki efisiensi proses yang lambat dan memerlukan pemurnian lebih lanjut
- Bahan baku: minyak berkualitas rendah dengan FFA atau asam lemak bebas yang tinggi, seperti minyak jelantah dan minyak sawit mentah
Baca Juga: Kenali Minyak Kelapa Sawit dalam Kehidupan
2. Transesterifikasi
- Cara kerja: mengubah reaksi minyak nabati/ lemak hewani (trigliserida) dengan alkohol dan katalis yang menghasilkan metil ester dan gliserol. Alkohol seperti metanol (CH3OH) atau etanol (C2H6O) dan katalis berupa kalium hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH)
- Tujuan: mengkonversikan trigliserida menjadi biodiesel
- Katalis: katalis basa berupa natrium etanol (NaOH)/ kalium hidroksida (KOH)
- Produk sampingan: gliserol
- Kecepatan proses: memiliki efisiensi proses yang cepat dan menghasilkan biodiesel dengan konversi tinggi
- Bahan baku: minyak dengan FFA atau asam lemak rendah atau minyak yang telah melalui proses esterifikasi
Alasan mengapa asam lemak bebas perlu melalui proses esterifikasi adalah karena dapat mengganggu proses produksi biodiesel.
Sedangkan transesterifikasi cenderung lebih efisien, karena dalam rentang waktu khusus dapat menghasilkan produk dengan konversi tinggi.
Dalam hal ini, proses biodiesel akan menjadi lebih mudah dan menguntungkan jika minyak telah bersih dari FFA karena dapat langsung melalui reaksi transesterifikasi.
Keunggulan Biodiesel dari Proses Transesterifikasi
Transesterifikasi dalam memproduksi biodiesel memiliki banyak manfaat bagi kehidupan, termasuk ekonomi yang meningkat, lingkungan yang bersih, dan banyak lagi.
Berikut beberapa manfaat penggunaan biodiesel, diantaranya adalah:
- Ramah lingkungan, dimana penggunaan biodiesel dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas udara karena efek pembakarannya yang bersih.
- Energi terbarukan, dimana bahan baku produksi biodiesel sangat melimpah dan dapat diperbarui.
- Aman dan biodegradable, dimana biodiesel dapat menekan potensi pencemaran lingkungan dan memiliki sifat yang dapat terurai secara alami.
- Kinerja mesin meningkat, dimana biodiesel memiliki pelumasan yang lebih baik daripada diesel, dapat mencegah dari keausan mesin, dan mengurangi polutan yang terjadi.
- Pertumbuhan ekonomi lokal, dimana negara dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor solar dan dapat meningkatkan kemandirian energi dalam negeri di wilayah pengolahan biodiesel dengan hadirnya lapangan kerja baru.
- Menekan dependensi minyak bumi, dimana biodiesel mengatasi masalah ketersediaan minyak bumi yang semakin menipis dan mencegah kelangkaannya di masa depan.
Kesimpulan
Transesterifikasi menjadi salah satu tahapan penting dalam mengolah minyak nabati/ lemak hewani menjadi biodiesel.
Biodiesel telah menjadi energi alternatif bagi banyak kendaraan dan mesin. Selain untuk mencegah habisnya ketersediaan minyak bumi, penerapan bahan bakar ini juga untuk mendukung perubahan menuju energi berkelanjutan.
Anda dapat menjumpai biodiesel di beberapa SPBU dari seluruh Indonesia, baik biodiesel B35 dan biodiesel B40 yang baru.
Anda juga dapat mendapatkan produk biodiesel B40 di Solar Industri, perusahaan supplier resmi Pertamina yang telah memberikan pelayan terbaik kepada para klein. Jika Anda tertarik dengan produk tersebut, segera kunjungi laman berikut untuk mengkonsultasikan kebutuhan Anda!