Agar kapal bisa melakukan pengiriman antardaerah, kapal perlu melakukan bunker atau bunkering. Sederhananya, bunkering ini adalah sebuah istilah untuk pengisian bahan bakar kapal.
Dalam industri perminyakan, kapal menjadi suatu alat transportasi yang penting. Agar sebuah kapal siap untuk berlayar, kapal perlu mengisi bahan bakar. Namun, ternyata pengisian bahan bakar kapal tidak dapat melalui proses yang sembarangan.
Untuk melakukan bunker, ada beberapa prosedur yang perlu menjadi perhatian agar proses bunker tetap aman. Prosedur pelaksanaan bunker mencakup persiapan awal, pre-bunkering, during bunkering, dan after bunkering.
Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan secara detail mengenai prosedur bunkering. Untuk lebih mengetahui mengenai apa itu sebenarnya bunker dan bagaimana prosedur pelaksanaannya, mari simak bersama uraian di bawah ini.
Apa itu Bunker?
Bunker atau bunkering adalah sebuah kegiatan di dalam kapal dengan tujuan untuk mengisi bahan bakar kapal. Secara sederhananya, bunker merupakan kegiatan mengisi bahan bakar kapal. Bahan bakar kapal itu bisa berupa marine fuel oil, solar, ataupun minyak diesel.
Proses bunkering kapal membutuhkan kapal pengisi bahan bakar (kapal tongkang) dan pelabuhan sebagai tempat berlabuh. Tidak seperti pengisian kendaraan lainnya di SPBU, proses bunkering kapal lebih memerlukan perhatian mengenai keamanan dan keselamatannya.
Oleh karena banyaknya jumlah bahan bakar yang harus berpindah dalam proses bunkering yang ada di laut, ada banyak bahaya yang bisa terjadi. Tanpa adanya prosedur bunkering, proses bunkering bisa saja menyebabkan tumpahan minyak di laut dan bahkan ledakan pada kapal.
Prosedur Bunker di dalam Kapal
Proses pengisian bahan bakar kapal laut memerlukan beberapa prosedur yang sangat penting. Ada empat tahap prosedur bunkering kapal yang harus menjadi perhatian, yakni mulai dari persiapan awal, pre-bunkering, selama proses bunkering, sampai setelah bunkering.
Empat tahap prosedur bunkering harus ditaati untuk meminimalisir kecelakaan yang mungkin terjadi. Berikut uraian mengenai keempat tahap prosedur untuk lebih memahami apa saja prosedurnya.
A. Persiapan Awal (Initial Preparation)
- Rapat para petugas yang akan melaksanakan proses bunkering agar tidak ada salah komunikasi. Setidaknya, rapat itu membahas enam hal, yaitu, tangki yang kosong, jumlah bahan bakar yang akan berpindah, alur pengisian, prosedur keselamatan, prosedur darurat apabila ada tumpahan minyak, dan anggung jawab dari masing-masing petugas.
- Pemeriksaan dan penghitungan tangki yang akan diisi oleh Kepala Kamar Mesin
- Mengosongkan beberapa tangki bahan bakar dan mentransfer bahan bakar dari satu tangki ke tangki lainnya apabila diperlukan. Tujuannya adalah untuk mencegah ketidakcocokan antara bahan bakar lama dengan bahan bakar baru.
- Menyediakan pencahayaan yang memadai di bunker dan sounding position.
- Memastikan ada tanda dilarang merokok di dekat bunker station.
- Petugas dalam proses bunkering harus memahami komunikasi di atas kapal, tanda-tanda atau sinyal untuk menghentikan proses bunkering antara petugas yang terlibat.
- Memastikan semua deck scuppers dan semua trays telah terpasang.
- Memeriksa dan memastikan alarm dan fire fighting berfungsi dengan baik.
- Memastikan bendera atau lampu berwarna merah berkibar di tiang mast.
- Memeriksa dan memastikan semua perlengkapan SOPEP (Shipboard Oil Pollution Emergency Plan) ada di dekat bunker station.
B. Pre-Bunkering
- Pengukuran sounding tangki dan pembuatan laporan.
- Tetap melakukan pengukuran sounding pada tangki-tangki bahan bakar lain, selain tangki yang akan digunakan pada proses bunkering. Pengukuran sounding ini dapat menjadi pencatatan kondisi aktual jumlah bahan bakar pada kapal.
- Menutup bunker manifold valves yang berlawanan sisi.
- Wajib mencatat draft dan trim kapal sebelum proses bunkering.
- Pada saat kapal bunker atau tongkang sudah berada di samping kapal yang akan melakukan bunkering, petugas harus menjelaskan bunkering plan kepada petugas yang bertanggung jawab di kapal tongkang.
- Pemeriksaan Bunker Suppliers Paperwork yang berhubungan dengan oil grade dan density.
- Pihak bunker barge atau bunker truck menyetujui kapasitas pompa untuk bunker.
- Hose menghubungkan ke manifold. Bunker supplier mengirim crew mereka untuk menghubungkan bunker oil pipeline dari bunker ship atau barge. Petugas harus memeriksa flange connection untuk memastikan tidak adanya kebocoran.
- Memastikan emergency stop bunkering supply pump berfungsi dengan baik.
- Setelah seluruh pengecekan selesai, manifold valve dapat dibuka untuk proses bunkering.
C. Selama Pengisian (During Bunkering)
- Selama proses bunkering, kecepatan pompa harus dalam kondisi rendah. Hal ini bertujuan mempermudah pemeriksaan apakah bahan bakar mengalir ke dalam tangki yang valvenya telah terbuka atau belum.
- Untuk memastikan bahan bakar mengalir ke tangki yang akan bunkering, petugas harus melakukan sounding dari tangki bunkering maupun tangki yang tidak bunkering.
- Setelah dapat dipastikan bahwa bahan bakar mengalir ke tangki yang tepat, kecepatan pompa dapat dinaikkan atas persetujuan.
- Apabila tangki sudah hampir mencapai level maksimum, yaitu 90%, kecepatan pompa bunkering yang ada di tongkang harus diturunkan dan valve tangki berikutnya yang akan diisi harus dibuka.
- Pemeriksaan sounding harus dilakukan secara teratur selama proses bunkering. Pada saat tangki hampir penuh, frekuensi pemeriksaan harus semakin lebih meningkat.
- Pemeriksaan suhu dari bunker menggunakan bunker temperature yang telah ada.
- Petugas membuka atau menutup katup tangki selama proses pengisian bahan bakar. Katup tangki bahan bakar lain harus dibuka setelah tangki yang lain sudah mencapai batas maksimum pengisian.
D. Setelah Bunker
- Melakukan pengaliran udara (air blow) ke bunkering supply line setelah memastikan proses bunkering selesai. Pengaliran udara bertujuan untuk membuang semua minyak yang terperangkap dalam saluran pipa.
- Hindari melepas sambungan antara bunkering supply line dan receiving manifold sebelum memastikan jumlah bahan bakar sudah sesuai dengan persetujuan atau belum.
- Mencatat dan memeriksa draught dan trim.
- Memeriksa sounding semua tangki yang sudah terisi.
- Untuk mengoreksi trim kapal, heel, dan suhu, volume dari bahan bakar juga harus dikoreksi.
- Pengambilan empat sampel selama proses bunkering, satu untuk disimpan di dalam kapal, satu untuk kapal bunker atau tongkang, satu sampel untuk analisis, dan satu sampel untuk port state.
- Kepala Kamar Mesin menandatangani Bunker Delivery Note atau tanda terima proses bunkering dan jumlah bunker yang berpindah.
- Apabila ada kekurangan jumlah bunker, Kepala Kamar Mesin dapat mengeluarkan nota protes terhadap tongkang atau pemasok.
- Setelah petugas memastikan semuanya selesai, petugas dapat melepas koneksi dari hose.
- Melakukan pembersihan bunker station dan memindahkan perlengkapan SOPEP ke tempat semula.
- Kepala Kamar Mesin membuat laporan dari proses bunkering pada oil record book dengan melampirkan tanda terima proses bunkering atau Bunker Delivery Note.
Kesimpulan
Proses pengisian bahan bakar kapal memiliki istilah khusus, yaitu bunkering. Pengisian bahan bakar kapal tidak sesederhana pengisian kendaraan lain seperti mobil ataupun motor.
Mengingat banyaknya jumlah bahan bakar yang harus dipindahkan dalam proses bunkering yang ada di laut, bunkering tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Proses bunkering memiliki prosedur, mulai dari tahap persiapan, pre-bunkering, selama bunkering, sampai setelah bunkering.
Setiap proses itu memiliki prosedurnya masing-masing yang harus para petugas ataupun Anak Buah Kapal (ABK) patuhi. Prosedur itu sangat penting karena dapat mencegah kecelakaan saat pengisian bahan bakar kapal.
Solar Industri menawarkan paket pemesanan jasa bunker service, produk bio solar B30, dan pembuatan tangki solar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk pemesanan lintas negara, silakan hubungi kontak kami yang telah tersedia.