Industri modern semakin bergerak menuju efisiensi dan keberlanjutan, dan salah satu elemen penting dalam transisi ini adalah pemilihan jenis bahan bakar. Di Indonesia, dua jenis bahan bakar yang paling umum digunakan oleh sektor industri adalah solar dan biosolar. Namun, apa perbedaan solar dan biosolar? Apakah solar dan biosolar sama? Artikel ini membedah secara menyeluruh perbedaan solar dan biosolar dari berbagai aspek yang relevan bagi pelaku industri.
Bio Solar Cocok untuk Apa?
Biosolar sangat cocok untuk berbagai sektor industri yang memerlukan efisiensi energi dan kepatuhan lingkungan. Beberapa penggunaannya antara lain:
- Transportasi logistik: truk dan kapal pengangkut menggunakan biosolar untuk mengurangi emisi dan mematuhi regulasi lingkungan.
- Genset industri dan pembangkit listrik: PLTD di wilayah terpencil kini mulai menggunakan biosolar sebagai alternatif solar murni.
- Mesin konstruksi dan pertanian: alat berat dan traktor yang kompatibel dengan B30 dapat beroperasi dengan lebih bersih dan hemat pelumas.
Perusahaan yang ingin meningkatkan nilai ESG atau mendapatkan keunggulan dalam tender ramah lingkungan sangat direkomendasikan untuk menggunakan biosolar.
7 Perbedaan Solar dan Biosolar Industri Secara Umum
Memahami karakteristik keduanya sangat penting, terutama jika Anda ingin menyesuaikan kebutuhan energi dengan arah strategi perusahaan yang lebih ramah lingkungan. Karena itu, penting bagi pelaku industri memahami perbedaan solar dan biosolar secara mendalam.
1. Komposisi Bahan Baku
Komposisi adalah aspek pertama yang membedakan solar dan biosolar secara fundamental. Solar industri sepenuhnya berasal dari minyak bumi melalui proses destilasi dan pemurnian. Bahan bakar ini mengandung hidrokarbon murni yang terbentuk dari fosil yang telah mengalami proses geologis selama jutaan tahun.
Di sisi lain, biosolar merupakan campuran antara solar dan biodiesel. Di Indonesia, yang paling umum digunakan adalah B30, yaitu campuran 70% solar dan 30% biodiesel yang dihasilkan dari minyak nabati seperti kelapa sawit. Perbandingan ini akan meningkat seiring kebijakan pemerintah menuju B35 dan bahkan B40. Jadi, jika Anda bertanya, apakah solar dan biosolar sama? Jawabannya jelas tidak.
Biosolar bersifat semi-terbarukan dan lebih ramah lingkungan karena sebagian besar berasal dari bahan baku nabati yang dapat diperbarui. Ini menjadi salah satu perbedaan solar dan biosolar yang paling mendasar.
2. Proses Produksi dan Teknologi Pengolahan
Perbedaan solar dan biosolar berikutnya terletak pada proses produksi. Solar dihasilkan melalui penyulingan langsung dari crude oil. Prosesnya lebih sederhana dan telah digunakan selama puluhan tahun di industri global. Sementara itu, biosolar membutuhkan proses kimia tambahan berupa transesterifikasi.
Transesterifikasi adalah metode untuk mengubah minyak nabati menjadi ester metil atau biodiesel dengan mencampurkan alkohol (umumnya metanol) dan katalis (biasanya natrium hidroksida). Setelah biodiesel dihasilkan, barulah ia dicampurkan dengan solar dalam rasio tertentu.
Teknologi ini memerlukan sistem reaktor yang canggih dan kontrol kualitas yang ketat agar menghasilkan biodiesel dengan kestabilan tinggi. Artinya, produksi biosolar jauh lebih kompleks, namun menawarkan fleksibilitas sumber daya dan nilai keberlanjutan yang lebih tinggi. Dari sisi ini pun, perbedaan solar dan biosolar terlihat jelas.
3. Efisiensi Energi dan Kinerja Mesin
Performa bahan bakar sangat penting untuk operasional industri. Solar dikenal memiliki nilai kalor yang tinggi, yang berarti dapat menghasilkan energi lebih besar per liter. Solar juga stabil dalam penyimpanan dan mudah diprediksi perilaku pembakarannya dalam mesin.
Namun, biosolar memiliki keunggulan pelumasan yang lebih baik berkat kandungan oksigen di dalamnya. Pelumasan ini membantu menjaga keawetan komponen mesin, terutama injektor dan ring piston. Meski begitu, biosolar memiliki nilai kalor yang sedikit lebih rendah dibanding solar, sehingga konsumsi bisa sedikit meningkat pada beberapa mesin.
Sebagian besar mesin diesel modern kompatibel dengan biosolar B30 tanpa perlu modifikasi. Tapi untuk rasio campuran yang lebih tinggi seperti B35 atau B40, penting untuk memeriksa spesifikasi teknis mesin terlebih dahulu. Beberapa mesin lama mungkin membutuhkan adaptasi filter atau kalibrasi ulang sistem bahan bakar agar biosolar dapat digunakan dengan optimal. Ini menambah dimensi lain dalam memahami perbedaan solar dan biosolar.
4. Emisi dan Dampak Lingkungan
Salah satu alasan utama biosolar mendapat dukungan luas adalah karena emisinya yang lebih bersih. Biosolar menghasilkan emisi karbon dioksida (CO₂), sulfur dioksida (SO₂), dan partikulat yang lebih rendah dibandingkan solar fosil. Ini terjadi karena biodiesel mengandung oksigen yang membantu pembakaran menjadi lebih sempurna.
Industri yang menggunakan biosolar dapat menurunkan jejak karbonnya secara signifikan. Ini sangat bermanfaat bagi perusahaan yang berkomitmen terhadap prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), yang kini menjadi indikator penting dalam kelayakan investasi dan pengadaan mitra bisnis.
Solar, di sisi lain, menghasilkan lebih banyak polutan, terutama jika digunakan dalam skala besar dan tanpa filter emisi tambahan. Oleh karena itu, peralihan ke biosolar menjadi pilihan yang semakin menarik bagi perusahaan yang ingin memperkuat citra ramah lingkungan mereka. Perbedaan solar dan biosolar dalam aspek lingkungan sangat signifikan.
5. Harga dan Kebijakan Subsidi

Harga merupakan faktor penting dalam keputusan pembelian bahan bakar industri. Solar industri cenderung mengikuti fluktuasi pasar minyak global. Saat harga minyak dunia naik, maka harga solar pun ikut terdongkrak. Sebaliknya, biosolar dipengaruhi oleh harga bahan baku nabati serta besarnya subsidi dari pemerintah.
Saat ini, pemerintah Indonesia telah menerapkan program mandatori B30 dan mendorong transisi ke B40. Dalam program ini, pemerintah memberikan dukungan berupa insentif fiskal dan regulasi yang memudahkan distribusi serta produksi biodiesel. Dengan demikian, harga biosolar menjadi lebih kompetitif, bahkan bisa lebih murah dari solar pada kondisi tertentu.
Secara umum, biosolar memang lebih mahal dari solar jika tidak ada subsidi. Namun jika dihitung secara jangka panjang—terutama dari sisi efisiensi mesin, pengurangan emisi, dan potensi insentif pajak biosolar dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih baik. Maka dari itu, perbedaan solar dan biosolar juga mencakup sisi ekonomi dan kebijakan.
6. Distribusi dan Ketersediaan
Ketersediaan bahan bakar menjadi penentu utama dalam kelancaran operasional industri. Solar industri sangat mudah didapat di hampir seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah terpencil. Jaringan SPBU dan distributor solar telah matang dan menjangkau hampir semua wilayah operasional industri.
Sebaliknya, biosolar masih memiliki keterbatasan distribusi, meskipun kini mulai berkembang. Pemerintah dan swasta terus mendorong peningkatan infrastruktur pengangkutan dan penyimpanan biosolar. Saat ini, biosolar banyak tersedia di wilayah urban dan kawasan industri besar, serta SPBU yang telah ditunjuk untuk mendukung program B30.
Meski tantangan distribusi masih ada, tren menunjukkan bahwa biosolar akan menjadi bahan bakar utama industri dalam waktu dekat. Inilah yang membuat perbedaan solar dan biosolar patut dipertimbangkan dari sisi aksesibilitas.
7. Standar Regulasi dan Legalitas Penggunaan
Solar industri diatur oleh SNI 7182:2015 yang menetapkan standar teknis seperti cetane number, kadar sulfur, dan nilai kalor. Di sisi lain, biosolar mengikuti standar tambahan yang mengacu pada regulasi biodiesel, seperti SNI 7182 untuk solar dan SNI 7181 untuk biodiesel (FAME).
Pemerintah juga telah menetapkan program mandatori B30 dan akan melanjutkan ke B35 dan B40 secara bertahap. Kebijakan ini menunjukkan dukungan kuat terhadap transisi energi terbarukan di sektor industri. Dengan adanya peraturan ini, penggunaan biosolar di industri bukan hanya legal, tetapi juga dianjurkan sebagai bagian dari kebijakan energi nasional.
Regulasi yang ketat dan terus diperbarui ini juga memberikan jaminan mutu bagi para pelaku industri agar tidak ragu dalam menggunakan biosolar dalam kegiatan operasional mereka. Maka dari itu, perbedaan solar dan biosolar juga berkaitan erat dengan aspek legalitas.
Baca Juga: Jenis Solar Industri dan Standar Berat Jenis yang Berlaku
Apa Kelemahan Biosolar?
Meskipun memiliki banyak keunggulan, biosolar juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan sebelum menggunakannya secara luas. Di antaranya:
- Stabilitas penyimpanan: biosolar lebih mudah teroksidasi jika disimpan terlalu lama dalam suhu tinggi atau wadah terbuka.
- Kompatibilitas mesin lama: mesin diesel keluaran lama mungkin perlu disesuaikan, terutama pada sistem filter bahan bakar dan nozzle injektor.
- Keterbatasan distribusi: beberapa daerah masih sulit mendapatkan pasokan biosolar secara konsisten.
Namun, dengan perawatan dan adaptasi sistem yang tepat, semua kelemahan tersebut bisa dikendalikan dengan baik. Banyak perusahaan besar sudah berhasil mengadopsi biosolar tanpa kendala berarti.
Mulai Beralih Menggunakan Biosolar yang Lebih Ramah Lingkungan
Memahami perbedaan solar dan biosolar industri bukan hanya soal memilih bahan bakar, tetapi juga tentang strategi jangka panjang dalam efisiensi energi dan keberlanjutan bisnis.
Solar menawarkan ketersediaan luas dan performa stabil, sementara biosolar memberikan keunggulan ramah lingkungan dan potensi efisiensi jangka panjang yang lebih besar.
Jika Anda ingin memastikan bisnis Anda lebih hijau, efisien, dan siap menghadapi regulasi energi masa depan, maka biosolar bisa menjadi pilihan cerdas.
Tertarik menjajal efisiensi dan keunggulan Biosolar B40 untuk operasional industri Anda? Temukan informasi lengkapnya di produk Biosolar B40 atau segera hubungi kami melalui halaman kontak.