Mempelajari K3 tidak terlepas dari teori api dan anatomi kebakaran. Salah satunya adalah flash point. Apakah kita berpikir jika setiap bahan bakar menyala dengan waktu yang bersamaan? Tentu saja tidak, bukan? Setiap bahan bakar memiliki karakteristik yang berbeda, sumber pengambilan yang berbeda, serta struktur kimia yang berbeda pula.
Pastinya mereka mempunyai keadaan dimana mampu mengeluarkan gas/ uap pada suhu terendah yang berbeda-beda. Bagaimana mekanismenya? Dan apa perbedaannya dengan fire point? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
Pengertian Flash Point
Flash point adalah suatu kondisi di mana suhu terendah dari bahan tersebut mampu mengeluarkan uap/gas dan terbakar sekejap bila terkenai sumber panas. Semakin tinggi titik nyala suatu bahan bakar, maka semakin sulit ia terbakar.
Sebaliknya, semakin rendah titik nyala suatu bahan bakar, maka semakin mudah terbakar. Kegunaannya antara lain membantu mengetahui karakteristik bahan bakar dalam analisis petrokimia, pengujian makanan, pengujian bahan, dan pembuangan limbah.
Cara Kerja Flash Point Tester
Alat untuk menguji titik nyala adalah flash point tester. Instrumen ini berfungsi untuk menentukan titik nyala sebuah sampel. Tester ini memiliki cara kerja dengan mengandalkan tekanan uap.
Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Konsentrasi tekanan uap ketika mengalami peningkatan, maka yang terjadi adalah cairan akan mudah terbakar. Ada 2 dasar pengukuran titik nyala yaitu dengan cup terbuka dan tertutup.
1. Open Cup Flash Point Tester
Pengujian ini mensimulasikan potensi tumpahan cairan dalam kondisi terbuka. Sederhananya, pada metode ini, sampel diuji dan dipanaskan pada tempat terbuka. Sumber pengapian didekatkan pada permukaan untuk melihat reaksi berupa titik nyala.
Kelebihan dari metode ini adalah nilai titik nyala yang lebih tinggi dari pada cup tertutup. Hal ini terjadi karena pada metode cup terbuka terdapat gas yang menguap ke atmosfer. Contoh metode dengan cup terbuka adalah COC (Cleveland Open Cup).
2. Closed Cup Flash Point Tester
Kebalikan dari metode cup terbuka, cup tertutup adalah metode mensimulasikan situasi tumpahan cairan dalam lingkungan tertutup. Cairan berada di atas flash point yang terjadi adalah kebakaran bilamana letak sumber api dekat.
Kelebihan metode ini adalah lebih akurat dan teliti. Contoh metode dengan cup tertutup adalah abel, abel-pensky, dan pensky-martens.
Baca Juga: Apa Itu APAR: 3 Jenis, Komponen, dan Cara Menggunakannya
Jenis Flash Point Berdasarkan Penggunaan Bahan Bakar
Bahan bakar yang berbeda tentunya mempengaruhi sifat kimia dan fisika dari bahan bakar tersebut. Inilah daftar nyala api berdasarkan karakteristik bahan bakar.
1. Gasoline (Bensin)
Bensin adalah bahan bakar yang kita gunakan sehari-hari. Bensin atau gasoline bahan bakar yang mudah terbakar dan menguap. Tersusun dari hidrokarbon dari heptana sampai dekana yang terikat satu dengan lainnya sehingga membentuk rantai. Kandungan oksigen dengan temperatur yang cukup maka makin cepat mengalami penguapan. Bensin memiliki titik nyala sebesar -45°F atau -43°C.
2. Metanol
Pernahkan Anda menggunakan spiritus saat melakukan eksperimen di laboratorium? Ya, spiritus yang kita kenal itu adalah methanol. Metanol adalah turunan alkohol yang berfungsi sebagai pelarut, bahan bakar, dan bahan bakar aditif.
Memiliki karakteristik yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol. Memiliki titik nyala sebesar 52°F atau 11°C.
3. Etanol
Termasuk ke dalam rantai tunggal, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol. Karakteristik etanol yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling familiar di kehidupan sehari-hari. Memiliki titik nyala sebesar 55°F atau 13°C.
4. Solar
Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar kendaraan bermotor berat seperti SUV, truck, dan pengangkut lainnya. Bahan bakar yang berasal dari hasil distilasi fraksi minyak bumi. Diesel umumnya memiliki titik nyala pai sebesar 125°F atau 52°C.
Perbedaan Flash Point dan Fire Point
Persamaan dari kedua metode tersebut adalah sama-sama menunjukkan gejala terbakar namun ada perbedaan dalam hasil reaksi setelahnya.
Flash point adalah suhu pada uap di atas permukaan bahan bakar minyak yang akan terbakar dengan cepat (meledak/penyalaan api sesaat) apabila nyala api berdekatan pada objek. Di sisi lain, fire point adalah temperatur yang di mana uap di atas permukaan bahan bakar minyak terbakar secara kontinyu apabila sumber api dekat.
Kesimpulan
- Flash point adalah dimana suhu terendah dari bahan tersebut mampu mengeluarkan uap/gas dan terbakar sekejap bila terkenai sumber panas.
- Ada 2 metode kerja flash point tester dengan cup terbuka dan cup tertutup.
- Setiap bahan bakar memiliki titik nyala atau flash point yang berbeda karena memiliki karakteristik dan sumber yang berbeda pula.
- Fire point adalah kondisi dimana uap di atas permukaan bahan bakar minyak telah terbakar secara lama apalagi sumber api didekatkan.
Solar Industri menyediakan pembelian bahan bakar Bio