Istilah “transisi energi” kini semakin sering terdengar seiring dengan peningkatan kesadaran akan pentingnya menghadapi perubahan iklim.
Konsep ini dianggap sebagai langkah krusial untuk mengatasi permasalahan lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan energi yang terus berkembang.
Didorong oleh perubahan kebutuhan energi global dan tekanan untuk menekan emisi karbon, transisi energi menjadi agenda penting di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan transisi energi? Bagaimana perkembangannya di Indonesia? Simak jawabannya dalam artikel berikut!
Apa Itu Transisi Energi?
Transisi energi merupakan perubahan besar dalam cara dunia memenuhi kebutuhan energinya dari penggunaan bahan bakar fosil menuju sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Contoh transisi energi adalah penurunan penggunaan batu bara sebagai sumber utama pembangkit listrik, yang digantikan oleh energi surya dan angin.
Selain itu, kendaraan berbahan bakar fosil seperti bensin dan diesel perlahan mulai digantikan oleh kendaraan listrik.
Adopsi teknologi panas bumi di negara yang kaya akan sumber daya geotermal menggantikan pembangkit listrik berbahan bakar fosil juga contoh perubahan pemenuhan kebutuhan energi.
Di tingkat individu dan rumah tangga, transisi energi juga tercermin dari penggunaan atap panel surya untuk kebutuhan energi listrik sehari-hari.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh energi fosil (seperti emisi karbon, polusi udara, serta eksploitasi sumber daya alam) menjadi alasan pergeseran ini.
Pentingnya Transisi Energi
Transisi ini digalakkan bukan tanpa alasan, melainkan didorong oleh sejumlah alasan penting berikut:
- Mencegah Krisis Iklim: Transisi energi memiliki peran kunci dalam mencegah krisis iklim dengan mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama pemanasan global.
- Memenuhi Target Netralitas Karbon: Pergeseran ini membantu dunia mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 melalui peningkatan kapasitas energi terbarukan secara signifikan.
- Mempercepat Teknologi Terbarukan: Biaya teknologi energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, kini semakin terjangkau, menjadikannya lebih mudah diimplementasikan.
- Mendukung Ekonomi dan Lapangan Kerja: Transisi energi dapat menciptakan peluang ekonomi baru terutama sektor energi terbarukan.
- Meningkatkan Kualitas Hidup dan Mengurangi Polusi: Transisi energi yang sukses mampu mengurangi polusi udara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Contoh Transisi Energi di Berbagai Negara Asia
Asia, kawasan dengan permintaan energi terbesar di dunia, telah memulai langkah signifikan untuk mengubah pola konsumsi energinya. Berikut merupakan contoh transisi energi di berbagai negara Asia:
1. Rekor Instalasi Energi Terbarukan di China
China berencana meningkatkan emisi karbonnya hingga mencapai puncaknya pada tahun 2030, kemudian secara bertahap menguranginya hingga mencapai target netralitas karbon pada 2060.
Negara ini mencatat rekor dalam instalasi energi terbarukan pada tahun 2020, dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga angin mencapai 72,4 GW dan tenaga surya sebesar 49,3 GW.
Meskipun batu bara masih menjadi sumber energi utama, terdapat kebijakan yang dirancang untuk mempercepat transisi ke energi terbarukan seperti:
- Standar portofolio energi terbarukan: Kebijakan ini mewajibkan penyedia listrik menggunakan sebagian energi dari sumber terbarukan.
- Perdagangan karbon: Sistem ini memungkinkan perusahaan menjual kelebihan kuota emisi karbon kepada yang memerlukan.
2. Prioritas Penggunaan Energi Bersih di India
India mempunyai target nol emisi bersih pada 2070. Untuk itu, negara tersebut merencanakan pemasangan kapasitas energi terbarukan hingga 500 GW pada 2030.
Negara ini telah melampaui target energi bersih di tahun 2022 karena ketersediaan pembangkit listrik dengan tenaga surya dan angin dengan biaya produksi termurah di dunia.
Untuk menciptakan infrastruktur tersebut, India harus berinvestasi besar dalam hal penyimpanan energi, infrastruktur jaringan, dan efisiensi energi.
Oleh karena itu, kolaborasi internasional serta dukungan investor menjadi kunci keberhasilan kesuksesan transisi energi di India.
3. Pertumbuhan Signifikan Tenaga Surya di Vietnam
Vietnam telah menunjukkan keberhasilan luar biasa dengan pertumbuhan tenaga surya yang meningkat 25 kali lipat dalam satu tahun pada tahun 2020.
Negara ini juga berkomitmen untuk mencapai nol emisi bersih pada 2050.
Namun, kapasitas energi bersih yang tidak dapat ditampung oleh jaringan. tantangan utama Vietnam.
Oleh karena itu, pembelian energi bersih langsung untuk sektor industri dapat mempercepat langkah menuju transisi.
4. Peluang Energi Terbarukan di Bangladesh
Meskipun tergolong negara kecil, Bangladesh memiliki permintaan energi yang terus meningkat.
Bangladesh baru mencapai 3% penggunaan energi terbarukan dari total konsumsi energi karena hambatan berupa subsidi bahan bakar fosil, keterbatasan lahan, dan ketergantungan pada peralatan impor.
Oleh karena itu, Bangladesh mulai menghapus subsidi bahan bakar fosil dan memperbaiki proses pembelian energi terbarukan untuk mengikuti jejak negara lain.
Transisi Energi di Indonesia
Indonesia masih dalam proses peralihan penggunaan energi berbasis fosil menuju energi terbarukan untuk mencapai target pengurangan emisi karbon.
Upaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan mendukung komitmen global seperti perjanjian Paris.
Contohnya, pemerintah menargetkan 23% kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional pada 2025 dan meningkatnya menjadi 31% pada 2050.
Selain itu, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada 2030. Dalam jangka panjang, visi ini diarahkan untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.
Untuk mencapainya, perusahaan minyak dan gas Indonesia (Pertamina) telah melaksanakan berbagai strategi, seperti:
- Produksi bahan bakar hijau
- Pengembangan sumber energi terbarukan
- Komersialisasi hidrogen
- Investasi dalam teknologi baterai dan penyimpanan energi
- Implementasi proyek rendah karbon
Hasilnya, Pertamina berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 6,79 juta ton CO2 mendukung target nasional.
Meskipun ada kemajuan, ketergantungan tinggi pada bahan bakar fosil, khususnya batu bara, menjadi hambatan besar.
Saat ini, batu bara menyumbang sekitar 35,36% dari bauran energi nasional dan masih mendominasi sektor pembangkit listrik.
Selain dampak lingkungan, ketergantungan ini juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan kebutuhan industri, yang membuat transisi ke energi terbarukan berjalan lambat.
Indonesia telah mengalami dampak nyata perubahan iklim, seperti musim yang tidak menentu dan kekeringan yang mengganggu ketahanan pangan dan air.
Hal ini menegaskan pentingnya percepatan peralihan energi yang kesuksesannnya ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
- Pengembangan berbagai sumber energi terbarukan.
- Dukungan kebijakan yang konsisten.
- Kolaborasi dengan komunitas internasional.
- Peningkatan kesadaran publik untuk mendukung penggunaan energi bersih.
Kesimpulan
Transisi energi adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.
Di Indonesia, meskipun batu bara masih mendominasi sektor energi, upaya untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan terus dilakukan demi mencapai target.
Percepatan transisi ini memerlukan kebijakan yang kuat, kolaborasi internasional, serta peningkatan kesadaran publik untuk mendukung penggunaan energi bersih.
Sebagai distributor resmi Pertamina, Solar Industri mendukung transisi energi dengan menyediakan bahan bakar yang efisien dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan sektor industri.
Kontak kami sekarang!