Memahami jenis-jenis solar industri dan standar berat jenisnya akan membantu Anda memilih produk yang paling sesuai untuk mesin dan kebutuhan operasional Anda. Dalam dunia industri modern, efisiensi energi dan kesesuaian bahan bakar menjadi aspek penting yang tak bisa diabaikan.
Solar industri adalah salah satu jenis bahan bakar vital yang digunakan dalam berbagai sektor berat, dari pembangkit listrik hingga pelayaran.
Apa Saja Jenis Solar Industri?
Solar industri memiliki berbagai jenis berdasarkan komposisi, viskositas, dan aplikasi mesinnya. Pemilihan jenis solar sangat memengaruhi efisiensi mesin, emisi yang dihasilkan, hingga kepatuhan terhadap regulasi lingkungan.
Setiap jenis solar memiliki keunggulan teknis yang menjadikannya cocok untuk situasi dan kondisi berbeda. Misalnya, MFO lebih hemat untuk pembangkit uap berkapasitas besar karena energinya tinggi per liter, namun hanya optimal pada suhu kerja tinggi. Di sisi lain, HSD lebih stabil dalam suhu ruang dan tidak memerlukan pemanasan, menjadikannya pilihan fleksibel untuk genset dan alat berat yang berpindah lokasi.
Sementara solar jenis B20 dan B30 semakin populer seiring regulasi keberlanjutan, karena mengurangi emisi karbon hingga 20–30% dibanding solar konvensional. Kombinasi antara efisiensi mesin dan dampak lingkungan inilah yang menjadikan biosolar sebagai pilihan strategis jangka panjang.
- High Speed Diesel (HSD)
Digunakan untuk mesin diesel berputaran tinggi seperti alat berat, genset, dan kendaraan niaga. Umumnya memiliki kandungan sulfur lebih rendah dari MFO. - Marine Fuel Oil (MFO 180 dan MFO 380)
Jenis solar berat untuk mesin diesel berputaran rendah seperti mesin kapal dan boiler industri. Viskositasnya tinggi, berat jenisnya besar, dan kandungan sulfur cenderung tinggi. - Marine Gas Oil (MGO)
Solar ringan untuk kapal laut dan industri perairan yang membutuhkan pembakaran bersih dengan suhu rendah. - Solar Campuran Biodiesel (B20, B30)
Dikenal juga sebagai solar nabati, mengandung FAME (Fatty Acid Methyl Esters). Versi ini menjadi acuan baru dalam jenis solar industri Pertamina dan nasional karena efisiensinya dan dukungan terhadap keberlanjutan lingkungan.
Standar Berat Jenis Solar Industri Berdasarkan Jenisnya
Berat jenis solar industri adalah salah satu parameter teknis yang penting dalam spesifikasi bahan bakar. Nilai ini mencerminkan kepadatan bahan bakar, yang memengaruhi daya bakar, efisiensi mesin, serta laju emisi.
Berat jenis solar tidak hanya menentukan bobot per liter, tetapi juga memengaruhi sifat aliran (flowability), daya ledak, dan pembentukan kerak di ruang bakar.
Karena itu, produsen solar industri wajib mematuhi spesifikasi berat jenis sebagai bagian dari compliance mutu. Di Indonesia, pengujian ini juga menjadi persyaratan dalam audit mutu bahan bakar untuk industri migas, pertambangan, hingga pelayaran.
Pengujian rutin terhadap solar industri yang diterima dari pemasok sangat dianjurkan. Beberapa perusahaan bahkan memiliki laboratorium internal untuk mengecek ulang spesifikasi, guna menghindari penggunaan bahan bakar yang dapat merusak sistem mekanis bernilai tinggi.
- High Speed Diesel (HSD): 820–870 kg/m³
- MFO 180: 960–980 kg/m³
- MFO 380: 980–1010 kg/m³
- Biosolar B20: 815–870 kg/m³
- Biosolar B30: 815–880 kg/m³
Seluruh pengujian mengacu pada standar ASTM D4052 / D1298. Nilai berat jenis ini bersifat baku dan diatur dalam Peraturan Menteri ESDM serta SK Dirjen Migas terbaru.
Faktor yang Mempengaruhi Berat Jenis Solar Industri
Beberapa faktor dapat mengubah berat jenis solar industri, baik dalam proses produksi maupun penyimpanan. Penting untuk memahami faktor-faktor berikut sebelum distribusi atau penggunaan.
Faktor penyimpanan juga sangat krusial. Solar industri yang disimpan terlalu lama tanpa sirkulasi bisa mengalami oksidasi ringan, mengubah viskositas dan berat jenisnya.
Apalagi jika tangki penyimpanan tidak dilengkapi dengan sistem pembuangan air bawah (drainage), kandungan air dapat meningkat dan menurunkan performa bahan bakar saat dipakai.
Di lokasi industri yang jauh dari pusat distribusi, kontrol terhadap kondisi penyimpanan menjadi tantangan tersendiri.
Maka dari itu, pemantauan suhu tangki dan penggunaan aditif anti-kontaminan juga sangat direkomendasikan untuk menjaga kualitas solar tetap optimal selama masa simpan.
- Kandungan FAME (biodiesel): Semakin tinggi kadar FAME, semakin besar berat jenisnya.
- Kandungan sulfur: Solar dengan sulfur tinggi cenderung lebih padat.
- Aditif dan kontaminan: Kehadiran air, partikel debu, atau aditif pembentuk abu dapat menaikkan berat jenis dan merusak performa mesin.
- Suhu lingkungan: Berat jenis solar menurun pada suhu tinggi.
Apa Beda Solar Industri dan Solar Biasa?
Banyak yang masih bingung membedakan antara solar industri dan solar biasa (subsidi). Keduanya memiliki karakteristik yang sangat berbeda, terutama dari sisi teknis dan peraturan distribusi. Perbedaan ini juga berdampak langsung terhadap performa mesin, efisiensi operasional, hingga izin penggunaannya.
Berikut perbandingan lengkapnya:
Aspek | Solar Industri | Solar Subsidi |
---|---|---|
Kandungan Sulfur | Lebih tinggi, kecuali jenis ramah lingkungan (B30/B40, LFSO) | Lebih rendah, sesuai standar kendaraan umum |
Distribusi dan Akses | Melalui kontrak khusus, distributor resmi, tidak tersedia di SPBU umum | Bisa dibeli di SPBU, untuk kendaraan pribadi dan umum |
Harga dan Subsidi | Harga pasar, tanpa subsidi | Harga lebih murah karena disubsidi pemerintah |
Tujuan Penggunaan | Untuk industri berat, mesin putaran tinggi, genset, boiler | Untuk kendaraan bermotor, alat transportasi publik |
Kompatibilitas Mesin | Dirancang untuk mesin besar dengan sistem pembakaran tertutup | Sesuai untuk mesin kendaraan pribadi dan komersial |
Kandungan Emisi | Lebih tinggi jika belum menggunakan solar nabati (B20/B30/B40) | Lebih rendah dan sesuai regulasi kendaraan jalan raya |
Perbedaan dalam sistem filtrasi dan bahan injektor kendaraan juga membuat solar industri tidak kompatibel untuk mobil pribadi.
Solar industri mengandung lebih banyak residu karbon karena formulasi energinya dirancang untuk sistem pembakaran tertutup, bukan untuk sistem yang sensitif seperti kendaraan kecil.
Kenapa Berat Jenis Penting dalam Pemilihan Solar Industri?

Sebelum menentukan jenis solar industri yang akan digunakan, memahami pentingnya berat jenis adalah hal utama yang harus diperhatikan. Beratjenis yang tidak sesuai dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna dan kerusakan mesin.
- Efisiensi pembakaran: Solar dengan berat jenis ideal akan menghasilkan pembakaran optimal dan mengurangi residu.
- Kesesuaian dengan sistem injeksi mesin: Solar terlalu padat bisa menghambat kerja injektor dan merusak komponen.
- Perhitungan konsumsi bahan bakar: Berat jenis digunakan untuk mengukur efisiensi per liter terhadap energi yang dihasilkan.
Standar Uji Berat Jenis Solar Industri
Pengujian berat jenis solar industri menggunakan metode yang diakui internasional. Hal ini penting untuk memastikan kualitas produk yang dipakai dalam operasional industri besar.
- ASTM D4052 / D1298: Mengukur berat jenis menggunakan densitometer digital atau hidrometer.
- SNI 7182:2015: Standar nasional untuk solar industri berbasis distilat.
- EN 590: Digunakan sebagai standar rujukan Eropa untuk solar ramah lingkungan, khususnya pada B30–B40.
Rekomendasi Memilih Jenis Solar Industri Sesuai Kebutuhan
Setiap jenis mesin dan aplikasi industri memiliki kebutuhan spesifik terhadap solar. Berikut rekomendasi pemilihannya:
Dalam menentukan jenis solar terbaik, pelaku industri juga harus mempertimbangkan logistik dan frekuensi pemakaian.
Untuk alat berat yang hanya beroperasi musiman, memilih solar dengan umur simpan lebih panjang seperti HSD sangat disarankan.
Namun, jika operasional berlangsung 24/7 seperti pada pabrik tekstil atau industri baja, menggunakan solar yang tahan panas tinggi seperti MFO bisa lebih efisien secara biaya operasional.
Di sisi lain, proyek dengan fokus pada keberlanjutan dan sertifikasi hijau seperti LEED atau ISO 14001 juga mulai memilih solar jenis B40.
Selain lebih ramah lingkungan, solar B40 juga membuka peluang kerja sama dengan program pemerintah dalam insentif energi bersih.
- Industri kelautan / boiler besar: Gunakan MFO 180 atau MFO 380.
- Genset dan alat berat darat: Gunakan HSD atau solar B30.
- Daerah dingin dan pegunungan: Gunakan MGO atau B30 dengan titik tuang rendah.
- Proyek dengan target emisi rendah: Gunakan solar B40.
Penyesuaian Standar Berat Jenis Terbaru Berdasarkan Regulasi
Standar baru telah diberlakukan untuk meningkatkan efisiensi dan mendukung target emisi nasional. Menurut SK Dirjen Migas No. 0234.K/10/DJM.S/2019, kadar sulfur maksimum diatur ≤500 ppm untuk solar B30. Mulai 2025, targetnya adalah sulfur ≤50 ppm. Hal ini mendorong peralihan dari solar konvensional ke solar nabati seperti Biodiesel B40.
Mulai Pemesanan Solar Industri Bersama Kami
Memahami jenis solar industri dan standar berat jenis yang berlaku merupakan langkah penting untuk memastikan efisiensi mesin, kepatuhan terhadap regulasi, dan keberlanjutan lingkungan.
Perhitungan yang tepat akan membantu perusahaan menghindari pemborosan dan menjaga kinerja operasional dalam jangka panjang.Ingin solusi solar yang efisien, ramah lingkungan, dan sesuai regulasi terbaru? Coba Biodiesel B40 sekarang atau hubungi kami di kontak resmi Solarindustri.com untuk konsultasi kebutuhan industri Anda.