Pernahkah Anda mendengar istilah Pirolisis? Ya, pirolisis adalah sebuah teknik yang banyak digunakan untuk menjadi salah satu solusi penggunaan bahan bakar alternatif.
Hal tersebut menjadi salah satu proses penting dalam menjaga kelestarian sumber daya alam di bumi. Selain penghematan bahan bakar minyak, umat manusia juga perlu untuk menjaga ekosistem lingkungan dari sampah plastik.
Sampah plastik menjadi salah satu penyebab terbesar terjadinya pencemaran lingkungan hidup yang tak hanya dialami Indonesia melainkan hampir seluruh negara di dunia.
Plastik menjadi produk serbaguna yang ringan, fleksibel, murah dan dapat sekali pakai buang. Berkat kemudahan tersebut seluruh dunia berlomba-lomba untuk menghasilkan banyak produk berbahan dasar plastik.
Hal ini dimulai sejak tahun 1950 dimana masyarakat diberi perspektif bahwa plastik yang diproduksi massal dapat sekali pakai buang atau throwaway living. Banyaknya pemakaian barang-barang berbahan dasar plastik menimbulkan permasalahan baru yakni banyaknya penumpukan sampah plastik dimana-mana.
Terlebih lagi, hampir seluruh barang di dunia ini terbuat dari bahan dasar plastik mulai dari perabotan, kemasan produk dan lainnya.
Pemakaian bahan plastik ini meningkatkan jumlah sampah plastik secara signifikan. Sampah plastik mencemari seluruh tempat di dunia mulai dari daratan, sungai hingga laut.
Dikutip dari jurnal Science, terdapat 24-34 juta metrik ton polusi plastik yang masuk ke wilayah laut di tiap tahunnya yakni sebanyak 11% dari total sampah plastik dunia.
Peneliti juga mengungkapkan, keadaan ini diperkirakan akan semakin buruk dalam satu dekade mendatang dengan jumlah peningkatan 35 hingga 90 juta ton pada tahun 2030.
Selain itu, sampah plastik bersifat non-biodegradable atau tidak dapat diuraikan oleh organisme pengurai di alam, sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai dengan sendirinya.
Hal ini membuat pemerintah memberikan kebijakan daur ulang sampah plastik dengan memisahkan sampah berbahan dasar plastik dengan sampah lainnya untuk selanjutnya didaur ulang kembali.
Pengelolaan sampah berbasis 3R yakni reduce, recycling, reuse kini sedang dimaksimalkan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan sampah plastik. Selain itu, berdasarkan riset yang dilakukan Pertamina, sampah plastik telah berhasil dikonversi menjadi minyak dengan metode pirolisis.
Minyak hasil pirolisis sampah plastik akan diolah lebih lanjut menjadi produk siap pakai sesuai dengan hasil karakteristiknya seperti gasoline, solar hingga pelarut atau solvent.
Pada artikel ini, akan memberikan pembahasan mengenai apa itu pirolisis, alat, jenis, hingga proses pengolahannya.
Pengertian Pirolisis
Pirolisis secara harfiah berasal dari bahasa Yunani “phy” berarti api dan “lysis” yang berarti memisahkan.
Artinya, pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses ini sering disebut dengan devotilisasi.
Dengan kata lain, pirolisis adalah proses dekomposisi kimia dengan menggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen. Pirolisis dikenal sebagai metode yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan limbah selama proses berlangsung.
Metode ini dapat mereduksi limbah plastik hingga 90%. Bio-oil yang dihasilkan dari pirolisis biomassa dapat digunakan sebagai ganti bahan bakar fosil. Produk yang didapatkan dari proses ini yakni berupa gas, minyak, dan arang.
Alat Pirolisis
Alat pirolisis adalah sebuah alat yang digunakan untuk menguraikan bahan organik menjadi beberapa produk. Nah, berikut ini beberapa alat atau komponen pirolisis:
1. Reaktor
Alat pertama adalah reaktor yang mana sebuah wadah untuk menampung bahan baku yang nantinya akan dipanaskan.
Reaktor terbuat dari bahan seperti baja, stainless steel, atau keramik. Bentuknya pun bervariasi, tergantung jenis proses yang digunakan.
2. Pemanas
Kedua, ada pemanas yang nantinya digunakan untuk memanaskan reaktor hingga mencapai suhu yang diinginkan.
Pemanas dalam proses pirolisis ini bisa berupa kompor gas, tungku listrik, maupun elemen pemanas lainnya.
3. Kondensor
Berikutnya, ada kondensor yang mana berfungsi untuk mendinginkan uap dari hasil pemanasan reaktor. Uap ini nantinya dapat mengembun dan berubah menjadi cairan.
4. Penampung
Alat selanjutnya adalah penampung yang bertujuan untuk menampung produk cair dari hasil pirolisis. Alat penampung ini terbuat dari bahan yang tahan terhadap bahan kimia yang terkandung dalam produk cair.
5. Sistem kontrol
Selanjutnya, alat pirolisis adalah sistem kontrol yang mana berfungsi untuk mengatur suhu, tekanan, hingga aliran gas dalam reaktor.
Pada umumnya, terdapat dua jenis sistem kontrol yang digunakan, yakni berupa sistem manual dan otomatis.
Jenis-Jenis Pirolisis Berdasarkan Proses
Perlu Anda ketahui, bahwa proses pirolisis ini bisa dibedakan berdasarkan prosesnya. Pada umumnya, proses ini berjalan di atas suhu 30 derajat celcius dalam kurun waktu 4-7 jam.
Nah, berikut ini jenis-jenis pirolisis berdasarkan proses yang perlu Anda ketahui:
1. Flash Pyrolysis
Pertama, ada jenis flash pyrolysis yang mana ditandai dengan devolatisasi cepat dalam suasana yang intens dan tingkat pemanasan yang tinggi.
Suhu reaksinya berada pada 45-100 derajat celcius dengan waktu tinggal gas yang cukup singkat, yakni kurang dari 1s.
Proses ini diklaim cukup menjanjikan untuk memproduksi produk padat, cair, dan gas yang mana bahan bakar dari biomassa mencapai 75% dari hasil bio-oil.
2. Fast Pyrolysis
Kedua, terdapat fars pyrolysis yang berarti proses pemanasan biomassa mencapai suhu 40-70 derajat celcius tanpa adanya oksigen. Biasanya, produk bio-oil dari proses ini berupa cairan berwarna coklat tua.
3. Slow Pyrolysis
Terakhir, ada jenis slow pyrolysis yang tergolong dalam proses pirolisis lambat karena memerlukan waktu tinggal uang terlalu tinggi, yakni 5 sampai 30 menit.
Proses ini sudah lama digunakan untuk meningkatkan produksi arang pada suhu rendah. Adapun produk yang dihasilkan adalah biochar yang cukup banyak dengan ukuran kecil.
Proses Pirolisis Sampah Plastik
Proses pirolisis sampah plastik diawali dengan memanaskan plastik pada suhu 400 derajat celcius tanpa oksigen untuk membuat plastik meleleh dan berubah menjadi gas. Saat proses tersebut, rantai panjang hidrokarbon akan terpotong menjadi rantai pendek.
Kemudian masuk pada proses pendinginan yang dilakukan pada gas tersebut sehingga gas akan mengalami kondensasi dan membentuk cairan. Cairan inilah yang nantinya akan menjadi bahan bakar baik berupa bensin ataupun bahan bakar diesel. Untuk menghasilkan bahan bakar yang bagus maka perlu ditambahkan katalis.
Selain itu beberapa parameter juga turut berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan seperti suhu, waktu dan jenis katalis.
Mesin yang digunakan untuk proses pirolisis terbagi menjadi dua bagian yang dihubungkan dengan sebuah pipa dibagian tengahnya. Mesin ini bernama MD Plast yang akan mengolah sampah plastik sebanyak15 hingga 20 kilogram sampah plastik padat yang dimasukkan dalam tabung reaktor.
Setelah sampah plastik siap, tabung reaktor akan ditaruh diatas kompor. Proses pembakaran sampah plastik akan berlangsung selama kurang lebih empat jam.
Setelah proses pembakaran selesai, hasil uap pembakaran plastik akan diteruskan melalui pipa pendingin dan uap akan mengalami proses penyubliman sehingga berubah menjadi zat cair. Zat cair tersebut menjadi minyak mentah dan menjadi bahan bakar minyak atau BBM.
Namun proses tidak berhenti sampai situ saja, setelah menjadi zat cair akan masuk proses pemanasan lagi untuk mengubah minyak tersebut menjadi minyak tanah, bensin atau solar.
Proses pemisahan partikel minyak tersebut terbagi menjadi tiga slot yang akan dikeluarkan melalui keran. Sampah plastik yang ditaruh penuh dalam tabung reaktor melalui proses pirolisis dapat menghasilkan 800 mililiter atau 0.8 liter BBM sintetis.
Kami menawarkan produk hasil proses pirolisis menjadi bahan bakar untuk membantu tingkatkan produktivitas kerja Anda. Hasil produk pirolisis yang kami kembangkan berupa biosolar b30 dan b35, selengkapnya cek di sini.
Perbedaan Gasifikasi dan Pirolisis
Mungkin masih banyak yang bertanya, apa sih sebenarnya perbedaan gasifikasi dan pirolisis? Sebab, keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, meskipun sama-sama bertujuan untuk menguraikan atau mengolah sampah.
Perbedaan utama antara gasifikasi dan pirolisis adalah jika pirolisis dalam prosesnya tanpa menggunakan udara, maka gasifikasi dilakukan dengan adanya udara.
Gasifikasi adalah proses termokimia yang mengubah biomassa menjadi gas dan mudah teerbakar serta biasa disebut dengan gas produser (syngas).
Proses gasifikasi ini bahan-bahannya terurai dalam lingkungan dengan sedikit oksigen dan berlangsung pada suhu di antara 800-1200 derajat celcius.
Produk yang dihasilkan gasifikasi juga panas dan mudah terbakar. Kemudian, komponen utama gas mudah terbakar yang terbentuk selama ini meliputi karbon monoksida dan gas hidrogren.
Sementara itu, pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas.
Kesimpulan
Pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan sebagai bahan bakar minyak atau BBM dengan menggunakan proses pirolisis sangatlah berdampak positif bagi lingkungan.
Hal ini dapat mengurangi jumlah sampah plastik yang ada di lingkungan sekitar serta dapat menghasilkan bahan bakar minyak sintetis yang dapat mengurangi penggunaan minyak bumi.
Jika pemanfaatan sampah plastik untuk dijadikan bahan bakar minyak dapat terus dikembangkan maka akan dapat mengurangi sampah plastik secara signifikan dan kembali melestarikan alam.
Apabila produk pirolisis dapat berupa bahan bakar yang bisa digunakan untuk beberapa transportasi, maka sebaiknya Anda menggunakan penyimpanan tangki solar untuk menyimpannya.
Sebab, dengan menyimpan bahan bakar, terutama solar, maka kebutuhan industri atau transportasi Anda tidak akan sulit karena sudah tersedia di dalam penyimpanan.
Maka dari itu, Anda bisa memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh Solar Industri. Solar Industri menyediakan jasa pembuatan dan sewa tangki solar dengan berbagai kapasitas untuk kebutuhan industri.