Dalam industri migas, korosi (corrosion) merupakan permasalahan yang sering terjadi. Peralatan industri yang terbuat dari logam minyak dan gas bumi sangat rawan bahaya korosi. Kerusakan akibat korosi menyerang berbagai bentuk logam, bergantung pada komposisi yang ada dalam minyak dan sifat fisik minyak.
Alat-alat dalam industri perminyakan dan gas dalam operasionalnya juga tidak lepas akan bahaya korosi. Kilang minyak adalah lingkungan yang sangat korosif dengan hampir semua jenis korosi dapat terjadi di dalamnya.
Tangki, pipa distribusi, dan kapal tanker dalam industri migas sangat mungkin mengalami korosi. Potensi korosi pada kedua aset itu sangat tinggi karena keberadaannya di luar ruangan yang terpapar panas, sinar UV, dingin, angin, dan juga hujan.
Setelah paparan singkat di atas, lalu sebenarnya apa itu korosi? Apa kira-kira penyebabnya? Bagaimana pula pencegahannya? Untuk informasi lebih lanjut, mari kita simak bersama uraian di bawah ini.
Baca juga: Truk Tangki: Mengenal Lebih Dekat Berbagai Tipe dan Spesifikasinya
Apa itu Korosi (Corrossion)?
Korosi adalah degradasi akibat reaksi redoks (reduksi oksidasi) antara logam dengan berbagai zat di sekitarnya yang menghasilkan senyawa-senyawa tidak dikehendaki. Korosi merupakan proses kimiawi yang bersifat sangat merugikan.
Dalam sehari-hari, nama lain peristiwa korosi adalah perkaratan. Korosi dapat terjadi ketika ada reaksi antara oksigen, hidrogen, serta perpindahan elektron.
Korosi dapat muncul pada kondisi basah dan kondisi kering. Larutan asam yang merendam logam dapat menjadi penyebab korosi dalam kondisi basah, sedangkan oksigen atau gas belerang dioksida dapat menyebabkan korosi dalam kondisi kering.
Jenis-Jenis Korosi
Bidang industri, termasuk juga industri perminyakan dan gas, adalah bidang yang paling sering mengalami korosi. Korosi dalam bidang industri bermacam-macam jenisnya. Ada delapan jenis korosi yang biasa terjadi dalam bidang industri, yaitu:
1. Uniform Attack (Korosi Seragam)
Korosi seragam adalah korosi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH air yang rendah dan udara yang lembab. Reaksi itu akan membuat logam semakin lama semakin menipis. Biasanya, pelat baja atau profil, logam homogen adalah material yang mengalami korosi seragam.
Cara pencegahan korosi seragam adalah dengan pemberian lapis pelindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk. Selain itu, pemeliharaan material yang tepat juga sangat perlu.
2. Pitting Corrosion (Korosi Sumur)
Komposisi logam yang tidak homogen adalah penyebab korosi pitting corrosion atau korosi sumur. Permukaan logam yang mengalami korosi sumur akan timbul korosi atau lubang kecil yang berbentuk bulat seperti sumur.
Korosi sumur dapat dicegah dengan cara memilih bahan yang homogen, pemberian inhibitor, serta pemberian coating dari zat agresif pada permukaan logam.
3. Erosion Corrosion (Korosi Erosi)
Korosi erosi adalah korosi karena keausan yang kemudian menimbulkan bagian-bagian tajam dan kasar. Bagian yang tajam dan kasar inilah yang paling mudah mengalami korosi. Selain itu, erosion corrosion juga dapat terjadi akibat pengikisan lapisan pelindung pada logam.
Pencegahan korosi erosi antara lain dengan pemberian coating dari zat agresif, pemberian inhibitor, pemilihan bahan yang homogen, dan menghindari aliran fluida yang deras.
Baca juga: Residu dalam Hasil Olahan Minyak Bumi
4. Galvaniscorrosion (Korosi Galvanis)
Korosi galvanis dapat terjadi karena ada dua logam yang berbeda dalam satu elektrolit. Di antara dua logam itu, logam yang lebih anodik akan mengalami korosi.
Biasanya, pemberian isolator yang cukup tebal sampai tidak adanya aliran elektrolit dapat menjadi cara mencegah korosi galvanis. Selain itu, pencegahan dapat juga dengan cara pemasangan proteksi katodik dan penambahan anti korosi inhibitor pada cairan.
5. Stress Corrosion (Korosi Tegangan)
Logam yang berubah bentuk karena mengalami perlakuan khusus dapat mengalami korosi tegangan. Apabila logam mengalami perlakukan khusus, seperti diregangkan atau ditekuk, butiran logam juga akan berubah bentuk. Itulah yang menjadi penyebab stress corrosion atau korosi tegangan.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara pemberian inhibitor dan relaksasi logam apabila ada logam yang mengalami stres.
6. Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi celah atau crevice corrosion akan muncul pada logam yang berdempetan dengan logam lain. Apabila di antara logam yang berdempetan itu ada celah yang dapat menahan kotoran dan air, korosi celah kemungkinan besar akan muncul.
Crevice corrosion dapat dicegah dengan cara isolator. Selain itu, pengeringan bagian yang basah dan pembersihan kotoran yang ada di antara celah logam yang berdekatan juga dapat menjadi cara pencegahan.
7. Korosi Mikrobiologi
Seperti namanya, korosi mikrobiologi dapat muncul karena mikroba. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain jamur, bakteri, alga, dan protozoa. Korosi jenis ini menjadi penyebab utama degradasi material di lingkungan.
Umumnya, mikroorganisme akan berinteraksi dengan permukaan korosi dan akhirnya menempel pada permukaan logam dalam bentuk biodeposit atau lapisan tipis.
Ada beberapa cara untuk mencegah korosi jenis ini, yaitu memilih logam yang tepat sesuai dengan lingkungan, memberi lapisan pelindung pada logam, dan melakukan perbaikan konstruksi agar tidak menyimpan air, lumpur, atau zat korosif lainnya.
Selain itu, Anda juga dapat melakukan perlindungan secara elektrokimia dengan anoda atau arus tandingan.
8. Fatigue Corrosion (Korosi Lelah)
Apabila logam mendapat beban siklus yang terus berulang, lama kelamaan logam akan patah karena mengalami kelelahan logam. Inilah fatigue corrosion atau korosi lelah. Turbin uap dan pengeboran minyak adalah dua aset yang biasanya mengalami korosi lelah.
Untuk mencegah fatigue corrosion, Anda dapat menggunakan inhibitor dan memilih bahan yang tepat atau yang kuat akan korosi.
Baca juga: Apa itu Hidrokarbon? Pengertian hingga Urgensinya
Faktor-Faktor yang Mempercepat Korosi (Corrosion)
Dari uraian pada bagian sebelumnya, Anda pasti telah mengetahui bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab korosi beragam. Berbagai faktor itu juga mempercepat terjadinya korosi.
Secara umum, ada enam faktor yang dapat mempercepat korosi, yaitu air dan kelembaban udara, elektrolit, jenis dan permukaan logam, suhu, pH, dan mikroba.
Kesimpulan
Korosi atau perkaratan adalah kerusakan logam akibat reaksi redoks (reduksi oksidasi) antara suatu logam dengan berbagai zat di sekitarnya. Korosi sering terjadi dalam industri minyak dan gas dan bersifat sangat merugikan.
Dalam industri kilang minyak, ada delapan jenis korosi yang paling sering terjadi, yaitu korosi seragam, korosi sumur, korosi erosi, korosi galvanis, korosi tegangan, korosi celah, korosi mikrobiologi, dan korosi lelah.
Delapan jenis korosi itu memiliki penyebab dan cara pencegahan yang berbeda-beda. Umumnya, faktor yang menjadi penyebab korosi adalah air dan kelembaban udara, elektrolit, jenis dan permukaan logam, suhu, pH, dan mikroba.
Solar Industri menawarkan paket pemesanan produk bio solar B30, jasa bunker service, dan pembuatan tangki solar di seluruh wilayah Indonesia. Untuk pemesanan lintas negara, silakan hubungi kontak kami yang telah tersedia.